angkuh
Ke mana lagi aku harus mengadu ketika semua menanggung pedih yang tak berkesudahan? Ke mana lagi aku harus beringkar ketika semua bahkan tak bertahu?
Semua orang begitu merasa dewasa. Menjaga masalah dirinya yang dilipat rapi dan disakukan sehingga tak terlihat. Berlaga ada untuk orang lain dan menyampingkan apa yang bergelut dengan kasar pada otak yang menusuk-nusuknya hingga pusing bermalam-malam. Penjagaan ketat pada apa yang ada di sakunya itu hanyalah sebagai satu bukti nyata. Bukan bukti untuk orang lain, sama sekali tidak, meskipun itu yang selalu dikatakan berulang-ulang. Bukti itu untuk dirinya sendiri agar ia merasa bisa melewati segala sesuatu dengan baik-baik saja. Tanpa perlu orang lain. Tanpa perlu seperti cerita orang lain.
Mereka sungguh tidak menginginkan untuk merangkak di tengah jalan raya, maka mereka simpan dalam saku itu. Tak ingin berpatah tulang karena telah dijatuhkan dari apa yang baik-baik saja pada awalnya. Tapi, sayangnya, tidak selamanya ia tergeletak diam dalam saku itu. Bergerang sesuka hatinya untuk menguak segala yang terpendam.
Hanya masing-masing dari kita yang bisa menulis kalimat akhir dari surat yang terlipat dari dalam saku itu. Tak perlu kesimpulan, tak perlu daftar referensi. Bukan orang lain, juga tidak pada aku. Itu semua hanya butuh keberanian.
Dan, atas nama keberanian, mereka tetap menyimpannya dalam saku. Alih-alih ingin membuat bangga orang lain, mereka justru menjadi makluk yang paling egois. Sombong. Angkuh. Tak perlu aduan karena hanya kau yang bermasalah berat tanpa membagi. Apakah untuk menjadi dewasa harus egois?
Semua orang begitu merasa dewasa. Menjaga masalah dirinya yang dilipat rapi dan disakukan sehingga tak terlihat. Berlaga ada untuk orang lain dan menyampingkan apa yang bergelut dengan kasar pada otak yang menusuk-nusuknya hingga pusing bermalam-malam. Penjagaan ketat pada apa yang ada di sakunya itu hanyalah sebagai satu bukti nyata. Bukan bukti untuk orang lain, sama sekali tidak, meskipun itu yang selalu dikatakan berulang-ulang. Bukti itu untuk dirinya sendiri agar ia merasa bisa melewati segala sesuatu dengan baik-baik saja. Tanpa perlu orang lain. Tanpa perlu seperti cerita orang lain.
Mereka sungguh tidak menginginkan untuk merangkak di tengah jalan raya, maka mereka simpan dalam saku itu. Tak ingin berpatah tulang karena telah dijatuhkan dari apa yang baik-baik saja pada awalnya. Tapi, sayangnya, tidak selamanya ia tergeletak diam dalam saku itu. Bergerang sesuka hatinya untuk menguak segala yang terpendam.
Hanya masing-masing dari kita yang bisa menulis kalimat akhir dari surat yang terlipat dari dalam saku itu. Tak perlu kesimpulan, tak perlu daftar referensi. Bukan orang lain, juga tidak pada aku. Itu semua hanya butuh keberanian.
Dan, atas nama keberanian, mereka tetap menyimpannya dalam saku. Alih-alih ingin membuat bangga orang lain, mereka justru menjadi makluk yang paling egois. Sombong. Angkuh. Tak perlu aduan karena hanya kau yang bermasalah berat tanpa membagi. Apakah untuk menjadi dewasa harus egois?
masyaoloohh,, ini menohokk kena sayaa.. istilahnya head shootttt with shot gun!
BalasHapushehehe, ini ditujukan untuk banyak orang, kok, emang kamu salah satunya, hehehe.. yah, sama seperti perbincangan kita sore itu, banyak orang berusaha menyelesaikan semuanya sendiri.. memang kebanyakan begitu sekarang, termasuk saya juga kebanyakan
BalasHapus