Surat Samudra #2

Kepada Samudra,

Kamu ada tanpa hadir. Apa yang membuatmu tak pernah menceritakan tentang perasaan yang tertimbun hingga kelak pada saatnya semuanya begitu nyata dan menyesakkan?

Aku mendengar dongeng kemarin malam. Kisahnya sedih. Sebelumnya, sudah pernah kudengar kisah serupa, tapi kusanggup mendengarnya dalam senyap. Kukira ini hanyalah bualan yang membuatku bertahan di tengah perairan, hiburan konyol untuk disenandungkan dalam kejenuhan.

Namun, malam lalu, semua begitu berbeda. Kehendakku menghilang. Limbung tak kunjung mereda. Samudra, di mana dirimu semalam? Jumpa denganmu mungkin akan lebih tenteram. Kamu akan bilang secara berulang bahwa ini hanya dongeng. Kisah ciptaan untuk penjagaan.

Mungkin, ketidakhadiranmu merupakan bentukmu untuk menjaga aku. Membelajarkanku untuk melalui yang tak selalu mudah. Malam ini, aku jadi tahu betul. Mimpi butuh jawaban berupa konsekuensi. Mimpi membawa pembelajaran. Dan, aku tahu betul bahwa aku tak bisa berhenti bermimpi.

Samudra, apakah pertemuan kita nanti hanyalah mimpi? Mimpi akan menjadi mimpi ketika tak menjadi nyata. Namun, mimpi membawa kita menuju suatu tempat yang lebih jauh lagi.

Samudra, kamu ada tanpa hadir. Aku tahu itu, tapi kenapa kuterus menanti kehadiranmu jika kamu sudah ada?

Semoga kamu bisa membaca kata-kata.

Salam manis.

Komentar

Posting Komentar