Sayang, Bodoh
“Terus…?” “Ya udah.” “Masa gitu doang?” “Ya emang cuman gitu. Emang kamu maunya gimana?” “Enggak tauk." "Yakin gitu doang?” Lelaki itu diam tapi menatap dengan tatapan yang lekat. Tatapan yang penuh dengan pertanyaan yang tak perlu jawaban. Selalu. Ini selalu terjadi. Apa yang kulakukan selalu terasa patut dipertanyakan. Cerita yang tidak ditambal oleh kebohongan pun masih dipertanyakan. Kadang, aku ingin saja bercerita. Cerita yang kukarang atau kukutip dari salah satu cerita. Aku yakin. Cerita itu juga akan berhenti dipertanyakan bila kututup dengan tatapan seperti ini. *** Sayang, malam ini kamu di mana? Apakah kau masih di atas sana ? Duduk di singgasana duka di atas sana . Berdiam diri di sana dan menunggu aku nikmati dari bawah sini. Kemudian, kita hanya perlu sama-sama duduk. Kamu di sana . Aku di sini. Kata-kata membisu namun pikiran kita sedang b...