Mungkin ia memang lelaki yang hampir selalu mendampingi tiap kisahku. Tapi, jangan pernah lupa, kami tidak saling memiliki. Memang benar, ada beberapa bagian dariku yang selalu tertinggal bersamanya. Tapi, tetap saja, dia bukan milikku. Bahkan, kami tak saling berkeinginan memiliki. Aku bukanlah hidupnya yang harus selalu menjadi nomor satu. Bukan pula satu-satunya seperti tuntutan mereka pada umumnya. Biarkan saja, pikirku. Aku akan menghargai dia seutuhnya dengan menjadi bagian dalam hidupnya. Ya, sebagian saja, tak usah seutuh. Kami tak perlu menjadi kita. Aku dan dia saja yang mewakili. Dua individu yang mempunyai kebebasan tanpa harus menjadi kesatuan. Mereka bilang, aku dan dia harus satu kata, satu pendapat, satu tujuann. Namun, masing-masing percaya setiap individu bebas merasa, berpikir, dan berada di antaranya. Aku dan dia tetap dua tanpa keharusan. Menjelma menjadi ras ayang ikhlas, jauh dari untung-rugi, bahkan sistem barter sekali pun. Jadi, jika kamu merindunya, panggil s...