Kapan Pulang?
“Kapan pulang?” Itu adalah salah satu sticker favorit saya dari rangkaian #celahjakarta. Tadinya, itu dibuat atas dasar bayangan saya dengan pertanyaan lanjutan, pulang ke mana? Bukan bermaksud tragis, justru bahan tertawaan. Boro-boro berpikir kapannya, ke mana saja belum tentu tahu. Ada beberapa hal yang jauh terasa lebih menusuk daripada yang tidak terkatakan. Menusuk yang bisa ditertawakan. Senjata makan puan. Pertanyaan itu diberondong oleh beberapa orang ketika saya sedang sakit. Salah satunya, saya mendapatkannya dari ibu saya, “Kamu nggak mau pulang?” Pesan itu berbalas, “ I’m home, Am. Ini sudah di apt.” Bagi sebagian orang, ‘pulang’ tidak pernah diartikan berada di satu ruang yang penuh dengan kesendirian—padahal maknanya tidak sama dengan kesepian. Kemudian, saya sadar, perbedaan makna itu juga bisa menyakiti orang lain. Namun, saya tahu betul, banyak hal yang bisa jauh lebih menyakitkan kalau saya tidak berada dalam ruang yang paling nyaman dalam keadaan sakit. Berada...