Di atas adalah gambar Gala, dewa waktu. Ia selalu ada di atas pintu Angkor Thom, Kamboja. Ada satu hal yang menarik. Sekali makan, ia tidak bisa berhenti. Oleh karena itu, Syiwa memanggilnya untuk menghabiskan makanan. Syiwa mengadakan kontes memasak untuk mencari koki. Jadi, banyak sekali makanan yang tidak bisa dihabiskan. Datanglah Gala—karena diminta Syiwa—untuk menghabiskan semua makanan. Makanan kontes habis, Gala tetap merasa lapar. Akhirnya, Syiwa memberikan semua makanan di istana untuk Gala. Meskipun sudah habis, Gala masih saja lapar. Syiwa sudah tidak punya makanan lagi. Akhirnya, Syiwa meminta Gala untuk memakan tubuhnya sendiri. Gala pun memakan kaki dan badannya. Akhirnya, ada yang mengadu kepada Wisnu. Wisnu membuat Gala berhenti makan. Tersisalah kepala dan tangannya. Syiwa meminta maaf kepada Gala. Atas dasar permohonan maafnya, Syiwa meletakkan Gala di atasnya. Semua harus berjalan di bawah Gala, kecuali Wisnu. Wisnu selalu duduk di atas Gala. Oleh karena itu, simbol...
Postingan
aku milikmu...
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
ku berharap abadi dalam hidupku mencintamu bahagia untukku karena kasihku hanya untuk dirimu selamanya kan tetap milikmu Di atas adalah penggalan lirik dari “Ku Ingin Selamanya” ciptaan Ungu. Salah satu teman saya senang sekali ketika seseorang yang ia suka menyayikan lagu ini untuknya. Katanya, ia merasa dicintai oleh orang itu karena liriknya yang ‘aduhai’. Saya coba cari liriknya dan baca ulang, walaupun nadanya lupa-lupa ingat. Kemudian, saya tidak merasa ada sesuatu hal yang bisa membuat saya “meleleh” dari lirik itu. Malahan, lirik itu membuat saya berpikir ulang tentang relasi kebahagiaan dan kepemilikan dalam berhubungan intim. Setelah diperhatikan ulang—sekaligus mengingat-ingat kisah cinta pribadi pada zaman dulu, banyak perempuan maupun laki-laki yang merasa tersanjung ketika ada pernyataan “aku milikmu” atau “kamu milikmu”. Bisa-bisa, pernyataan itu membuat kita jadi mabuk kepayang akan cinta. Padahal, pada saat yang sama, sebenarnya kita secara tidak langsung kehilangan di...
hmmm
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Ragam rasa terdalam ingin kukuakkan padamu. Sungguh pun terindu ini tak dapat dielak. Tak sanggup kukatakan dengan terus terang. Aku terlalu takut. Bukan takut berhadapan denganmu dan apa pun reaksimu. Sungguh justru itu yang ingin kuhadapi sekarang. Kemanusiaan yang penuh dengan kewajaran. Bolehkah kita ciptakan satu haru maya yang begitu nyata? satu hari pada hitungan kedelapan dalam satu minggu mungkin. Alismu mungkin terangkat tak percaya. Sudah lelah menanti jamji yang hampir seperti cerita biasa penuh bualan. Aku terlalu sendiri. Tersesat di tengah kegagalan dalam kesuksesan. Terlontar dari kesedihan di pojok kebahagiaan. Masihkah kau duduk di sana? Berdiam dengan harapan yang menipis akan kedatanganku. tetap menepati janji yang dinanti. Aku pastikan. Aku akan datang jika diperbolehkan. 150710 01.13 am
jatuh
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
bukan perhatian berlebih yang kami inginkan, itu hanya akan membuat kami merasa lemah bukan pula acuh yang kami nanti, itu pun hanya akan membuat kami merasa bukan siapa-siapa jangan tunggu pendengaran dari kami, tak ada yang harus kami sampaikan tak pelu dihitung sisa perjuangan kami, itu membuat kami lelah karena masih terlalu panjang kami hanya mau dirasa agar kami merasa tenteram tak perlu tenang karena biasanya hanya bualan mohon juga jangan nyaman karena kami akan kerasan kami belum sampai semua tidak harus berhenti di sini
juang
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Dan di sini pun aku berjuang sendirian. Terlalu banyak yang kuanggap musuh di luar ini semua. Tiba-tiba semua memutuskan hubungan sebagai sahabat dan menyerang perlahan-lahan. Bukan berupa tusukan tajam yang rasanya langsung sakit, tapi hanya lecetan panjang di seluruh tubuhku. Terlalu perih dirasakan bahkan jika persentuhan dengan sehelai kapas pun. Hanya ada aku dan apa yang sedang kuperjuangkan.
angkuh
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Ke mana lagi aku harus mengadu ketika semua menanggung pedih yang tak berkesudahan? Ke mana lagi aku harus beringkar ketika semua bahkan tak bertahu? Semua orang begitu merasa dewasa. Menjaga masalah dirinya yang dilipat rapi dan disakukan sehingga tak terlihat. Berlaga ada untuk orang lain dan menyampingkan apa yang bergelut dengan kasar pada otak yang menusuk-nusuknya hingga pusing bermalam-malam. Penjagaan ketat pada apa yang ada di sakunya itu hanyalah sebagai satu bukti nyata. Bukan bukti untuk orang lain, sama sekali tidak, meskipun itu yang selalu dikatakan berulang-ulang. Bukti itu untuk dirinya sendiri agar ia merasa bisa melewati segala sesuatu dengan baik-baik saja. Tanpa perlu orang lain. Tanpa perlu seperti cerita orang lain. Mereka sungguh tidak menginginkan untuk merangkak di tengah jalan raya, maka mereka simpan dalam saku itu. Tak ingin berpatah tulang karena telah dijatuhkan dari apa yang baik-baik saja pada awalnya. Tapi, sayangnya, tidak selamanya ia tergeletak diam...
terkikis
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Malam ini banyak mengajarkan. Ketika merasa dijadikan sebagai subjek, sesungguhnya bukan berarti seutuhnya menjadi subjek. Justru, tanpa sadar, mengobjekkan diri sendiri. Itu semua tanpa sadar. Semua utuh digerogoti perlahan-lahan. Terlalu kecil gigitannya hingga sama sekali sakit tak tersadar. Hingga satu hari, terbangun dalam keadaan setengah utuh. Bukan siapa-siapa. Bahkan, bukan apa-apa.
geram
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Sepulang dari kantor, dalam perjalanan, kuperhatikan sekelompok anak berseragam putih abu-abu yang sedang duduk-duduk. Beragam sekali ekspresi mereka siang itu. Adikku, nanti, semua yang terjadi pada saat ini akan sangat berarti pada hari nanti. Ah, aku terlalu kedewasa-dewasaan. Sama saja dengan orang-orang yang belagak dewasa. Beri pesan ini-itu yang akan dijawab dengan pergi. Aku jadi ingat betul ekspresimu siang itu ketika kita masih sama-sama berputih abu-abu. Kau datang dengan geram. Tak pernah kulihat kau seperti itu. Peluh keluar dari dahimu. matamu begitu berbicara tentang kekejaman. Tanganmu terus mengepal menahan apa yang berusaha membludak dari dalam. Tak berapa lama, kau menghilang. Lama sekali. Sekembalinya kau, sungguh perubahan besar terjadi pada dirimu. Banyak bentuk yang menyenangkanmu kau tinggalkan. Tanggung jawabmu terkuak setiap saat. Sungguh, kami merasa aman berada di dekatmu. Pelindungmu begitu menghangatkan dan memanjakan kami. Ah, kau sungguh pecinta wanita. ...
sepuluh kain putih
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Sepuluh lapis kain putih kau cari di setiap laci yang ada di kamarmu. Bahkan, baju-baju yang ad adi lemari atau bahkan sepreimu kau akalkan juga agar terkumpul genap sepuluh. Awalnya, kau hanya butuh lima, tetapi ternyata belum lengkap menutup. Kau cari dua lagi. Masih terlihat juga dari luar. Sampai akhirnya kau memerlukan sepuluh helai kain. Memang, sepuluh pun bukan berarti tak terlihat dari luar, tapi setidaknya segala bau busuk dan cairan hitam yang keluar sudah bisa tersingkirkan, meskipun tak sepenuhnya. Peluhmu melantai. Tenagamu habis terkuras. Belum saatnya berhenti di sini, pikirmu. Kau lari keluar. Jalan kaki menuju tempat kami berdua. Tak ingin naik transportasi umum agar tak banyak orang tahu. Tak juga kau jinjing di dalam tas, tapi kau taruh di kedua telapak tanganmu. Kau jaga betul karena tak mau kehilangan sebenarnya. Bersama peluh tak terhitung dan garis hitam pada bawah kelopakmu, kau sudurkan kepada kami. Tanpa kata-kata. Tanpa air mata. Senyum saja. "Apa...
tas kamu
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya

Aku ingat betul dengan segala kebiasanmu, termasuk kamu dan tas kamu. Tas itu tak pernah kamu tinggalkan, selalu kau bawa ke mana-mana. Aku sadar betul sejak pertama kali kita bertemu. Tas itu sudah kumel sekali, tapi tanpa malu kau punggungkan. Aku selalu penasaran isi tasmu waktu itu. "Isinya senyum. Setiap orang yang melihatnya pasti tersenyum," jawabmu tanpa penolakan. Malam kesekian, tas itu kamu buka di hadapanmu. Aku ingat betul malam itu. Kamu banyak cerita tentang mantanmu. Panjang sekali ceritanya dan bara itu masih menyala pada semangatmu. Banyak kisah lucu yang kau ceritakan dengan senyum, seolah mengajak pendengar ikut tersenyum. Itulah kebiasaanmu lainnya. Selalu bersemangat ketika menceritakan mantanmu. Tapi, aku lupa apa isi tasmu. Aku rasa aku sama sekali tidak melihatnya. Kebiasan lainnya adalah menyiapkan pernak-pernik untuk dipakai di tasmu itu. Kadang, kau ikat pita. Lain waktu lagi, kau taruh pin. Beberapa kali pula kau tanya aksesoris yang bagus untuk d...