Ini Bukan Bualan
“Kami ingin, kami pergi”.
Begitulah dia menamakan album perjalanan kami selama lima hari empat malam yang
lalu. Perjalanan itu kerap dibicarakan dari berbulan lalu oleh banyak orang.
Namun, sebagian hati saya sedikit yakin, ini hanyalah bualan belaka yang semakin
lama semakin luntur. Hari itu, dia mendatangi saya dan menyerahkan tiket
pulang-pergi. Begitu saja. Iya, begitu saja. Reaksi saya hanya satu: tertawa. Ini
bukan bualan! Ya, saat itu, saya langsung tahu ini adalah perjalanan spontan
lainnya. Setelah itu, kami begitu disibukkan tanpa ada kesempatan untuk
membahas secara detil. Kami begitu jauh dari rencana mendalam. Dari situlah,
kami membuka segala kemungkinan untuk terjadi.
Perjalanan di udara pada
pagi buta kami babat dengan tidur yang pulas. Pekerjaan yang memakan waktu
tidur kami diharapkan habis terbayar dalam perjalanan sejam di antara awan.
Sesampainya di Bandara Juanda, kami lompat naik bus menuju Terminal Purabaya.
Sesampainya di terminal, kami memutuskan untuk makan pagi di sana. Rawon menjadi
pilihan kami. Setelah makan, kami berdiam; mengamati lalu-lalang orang di
tengah hiruk-pikuk terminal. Kami saling berpandangan dan menganggukkan kepala
seraya tertawa, “Ini seru!”.
Setelah ini, saya tidak
akan membosankan Anda dengan rentetan kegiatan di sana. Saya hanya ada di
gunung. Anda mungkin di ketinggian lebih atau di kedalaman samudra
antah-berantah. Kita berbeda, tapi dalam pencarian yang sama.
Komentar
Posting Komentar